Ketika Cinta Bertasbih (di filemkan)

Akhirnya….

Kairo, 16 April 2008

Kaget juga si pertamanya, ngga nyangka kalo kang Abik atau Habiburrahman el Shairazy bakal datang lagi ke Mesir ini.

” Zi cepetan dah hampir jam 7 nih, kamu ngga mau kan telat” Tanya temanku

“Sebenarnya dari tadi tu aku lagi nyiapin seperangkat alat perang tuk acara itu” jawabku tenang.

Setelah teman2ku yang lain pada datang, kami pun bersiap siap berangkat ke PPMI (Persatuan Pelajar Mesir Indonesia) di daerah Rab’ah el Adawiyah.

Kalau dijadwal si acara “Sarasehan bersama Kru KETIKA CINTA BERTASBIH” akan dilaksanakan jam 8 malam, setelah shalat isya.

Didepan wisma nusantara

“Hei, nyantai aja lah, biasa kan acara di Mesir ini sering telat, jam karet Zi …jam kareet?” ejek teman ku yang sok tau ini.

“Huss…jangan gitu ah, kita kan coba disiplin waktu. Kalau yang mikir kayak kamu itu seratus orang, yaa pastilah bakal telat terus, mulai dari diri kita laah.” Bujukku biar cepat-cepat masuk ke wisma Nusantara.

“Tuh kan, teman2 juga dah pada ngumpul untung kita tadi cepat berangkatnya, klo tidak mungkin ngga diizinkan lagi masuk”

“Iya zi iyaa….kaitu aja ngalih, nyantai aja pang” kata khalil. Terdengar logat banjarnya temanku ini masih kental

Sebelum acara mulai aku sempat mikir, kalo dulu novel Ayat Ayat Cinta yang hanya satu jilid dah memakan durasi film sekitar 2 jam 40 menit an, naah ngga kebayang kan, kalo Ketika Cinta Bertasbih ini? bisa berapa jam untuk menghabiskan dua jilid ini? atau jangan2 mo dibikin film serial atau bahasa kasarnya sinetron? “Aaah…pikiran ku terus melayang tanpa tau tujuan, yang ngerjain kan orang juga, kenapa kita harus sibuk juga mikirin yg bukan hak kita” celotehku sendirian

“Ui….malamun aja nih” kaget Khalil

“jangan tapi malamun (ngelamun) Zi ai, situ kada(tdk)  mungkin jua harat(bisa) di sinetron apalagi hendak jadi artis, musy mauul yaa syaikh (ngga mungkin)”

“Iya….Lil” dengan nada serak aku hanya bisa menjawab apa adanya.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 8 malam,

“Alhamdulillah acara dilaksanakan tepat waktu, memang diluar dugaan dan sangat menyenangkan” pikirku

Hadir diacara itu

-Kang Abik ato mas Habiburrahman el Shirazy (sang penulis Novel KBC)

-Khairul Umam (sang sutradara KBC)

–Wiryo Wibowo (Produser)

-Seorang aktor yang blesteran Mesir-Indo (tp ngga pinter bhs Arab)

– Imam Tontowi (Skenario)

–Abu Ridho (Konsultan Keagamaan)

-dan beberapa kru KBC, tapi lupa nama2nya

Inti dari pembicaraan mereka adalah novel Ketika Cinta Bertasbih ini bakal di filemkan. Dan rencananya bakal syuting di Mesir. Dengan produser yang berbeda dan cara perekrutan pemain yang agak sedikit beda dengan AAC (Ayat Ayat Cinta) yang jelas si bakal seru, bayangkan aja setelah baca novelnya, berkhayal and bakal liat langsung keadaan Mesir yang sebenarnya.

“Yaa mungkin ada juga sebagian diambil dengan setting latar di Indonesia, tapi kita usahakan semua nya bakal di Mesir” kata Kang Abik dengan gembira

Tampil sang sutradara mengajak teman2 yang hadir untuk bisa latihan menjadi seorang aktor di KBC, walaupun hanya piguran. Karena kata beliau, nanti bakal di adakan Casting dan siapa yang cocok maka dia bakal kita bawa dalam film KBC nanti.

“Jadi belajar dan cobalah dari sekarang, siapa tahu kalian bisa jadi artis” canda beliau disela sela acara

Teman ku coba membisikiku, “Zi, kira kira kita cocok jadi peran apa ya?”

“Halaah, mimpi kaleee….paling juga jadi pemain cadangan, atau cadangan alaa tuul (selamanya) hehe”

Hmm…Sebenarnya aku juga pengen, karena ngga ada yang tidak mungkin kan? Ngga kebayang kalo aku bener jadi artis hehehehe….

Boleh kan bermimpi….. asal dengan usaha dan berani mencoba, ngga ada yang mustahil selama kita ingin bisa dan pengen lebih maju dari sebelumnya, Fighting^,^

Tunggu aja yaaa filemnya di Indonesia………..*,*